Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melacak Jejak "Manusia Gunungkidul"

 

Melacak Jejak "Manusia Gunungkidul"
Melacak Jejak "Manusia Gunungkidul"

Melacak Jejak "Manusia Gunungkidul"

Melacak Jejak "Manusia Gunungkidul" - Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki sejarah panjang. Jika sekarang diidentikan sebagai wilayah kering, sesungguhnya dulu, ribuan tahun silam, Gunungkidul merupakan daerah subur. Kesuburan Gunungkidul pada masa lalu tampak pada jejak-jejak hunian manusia purba yang tersimpan di gua-gua yang tersebar di kawasan ini. Ditemukannya fosil kuda nil di Goa Sengok dan Song Agung sekitar lima bulan lalu menjadi bukti kawasan Gunungkidul subur hingga menarik manusia untuk menghuninya.

Penemuan fosil kuda nil serta sejumlah situs hunian manusia purba berupa peti kubur batu di kawasan Gunungbang, Kecamatan Karangmojo, telah menarik perhatian para Arkeolog Universitas Gadjah Mada untuk merunut jejak manusia penghuni kawasan Gunungkidul.

Penelitian di Gunungbang (1998-1999) yang masuk kawasan Cekungan Wonosari menyimpulkan, daerah itu merupakan hunian masyarakat agraris. Buktinya ditemukannya peninggalan unsur religi sebagai ciri masyarakat agraris.

Penggalian yang dilakukan para arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya UGM di Song Bentar dan Song Blendrong di Kecamatan Ponjong awal April ini memunculkan cerita lain. Jejak-jejak yang ditemukan di Song Bentar dan Song Blendrong membuktikan adanya hunian masyarakat yang hidup dengan berburu.

Penggalian yang dilakukan di Song Bentar memang menemukan sejumlah mata anak panah yang menjadi ciri khas masyarakat berburu. Kesimpulan ini diperkuat dengan ditemukannya tulang-tulang binatang buruan seperti celeng, banteng, dan kerbau.

Yang paling menarik, penggalian di Song Bentar itu berhasil menemukan kerangka manusia yang kondisinya masih relatif utuh. "Kita belum bisa memastikan kapan mereka hidup karena harus diteliti melalui carbon dating," kata Drs. Susetyo Edi Yuwono, Ketua Proyek Terpadu Kawasan Arkeologi (PTKA) yang juga dosen jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya UGM, pekan lalu.

Dari temuan-temuan yang ada, diperkirakan kehidupan manusia di Song Bentar sudah ada sekitar 7.000 sampai 10 ribu tahun lalu. Temuan-temuan ini menunjukkan adanya tradisi masyarakat mesolith di zaman batu pertengahan. Penemuan sisa-sisa tulang binatang besar seperti celeng, kerbau, dan banteng di Song Bentar membuktikan daerah ini dulu merupakan kawasan hutan macaca alias hutan lebat berpohon tinggi.

Menurut Susetyo mengenai adanya kerangka manusia di Song Bentar tersebut menandakan ada indikasi tradisi penguburan jenazah ketika itu. Petunjuknya: ditemukannya kerang besar yang sengaja digunakan untuk mengganjal kepala mayat. "Kerangka yang ditemukan itu diperkirakan dari ras mongoloit, terbukti dari kebiasaan mutilasi (pangur gigi)," ujarnya. Penggalian di Song Bentar juga membuktikan gua itu telah dihuni lebih dari tiga kelompok manusia dari zaman yang berbeda. Ini dibuktikan dengan adanya tiga lapis budaya di Song Bentar.

Namun, Susetyo mengakui, "Penggalian di Song Bentar dan Song Blendrong masih jauh dari representatif untuk memperoleh gambaran lengkap manusia penghuni Gunungkidul zaman purba."

Pengakuan Susetyo bisa dimengerti, sebab ada lebih dari 50 gua tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul yang diduga menjadi hunian manusia purba.

Namun, jejak manusia purba Gunungkidul itu kini terancam lenyap akibat penambangan kapur, kalsit, dan phospat. Situs Song Bentar, misalnya, nyaris lenyap akibat penambangan kalsit (penduduk setempat menyebut batu lintang) sebagai bahan baku pembuatan kaca. Yang paling parah kondisi Gua Lawa di Kecamatan Ponjong akibat penambangan goano dan phospat yang mencapai belasan ton per hari.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebenarnya ingin menghentikan penambangan di gua-gua itu, tapi tak bisa berbuat banyak karena izin pertambangan galian C dikeluarkan Pemeritah Provinsi DIY. "Kita memang sedang berpacu dengan waktu," kata Susetyo. heru c nugroho


Dikutip Dari Koran Tempo Online


Baca juga artikel tentang arkeologi di link ini: Tulisan Arkeologi

Posting Komentar untuk "Melacak Jejak "Manusia Gunungkidul""